Showing posts with label Kurikulum. Show all posts
Showing posts with label Kurikulum. Show all posts

Kompetensi Yang Harus Dimiliki Oleh Guru di Kurikulum Merdeka

Kompetensi Yang Harus Dimiliki Oleh Guru di Kurikulum Merdeka

BlogPendidikan.net
- Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang memberikan kemerdekaan kepada guru dan murid untuk bereksplorasi dan berinovasi dalam pembelajaran. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan kompetensi yang holistik, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

1. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam memahami dan mengembangkan peserta didik untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Kompetensi ini mencakup kemampuan guru dalam:
  • Merancang pembelajaran yang mendidik dan bermakna
  • Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM)
  • Mengevaluasi hasil belajar peserta didik
  • Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pembelajaran

2. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan guru dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mantap dan berwibawa, sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi ini mencakup kemampuan guru dalam:

  • Memiliki kepribadian yang mantap dan berakhlak mulia
  • Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
  • Berperilaku sesuai dengan norma agama, sosial, dan budaya
  • Menunjukkan sikap demokratis, adil, dan nondiskriminasi
  • Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, ikhlas, dan bertanggung jawab

3. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru dalam menjalin hubungan interpersonal yang efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Kompetensi ini mencakup kemampuan guru dalam:

  • Berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tulisan
  • Bekerjasama dan berkolaborasi dengan orang lain
  • Beradaptasi dengan lingkungan yang baru
  • Membangun relasi yang positif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat

4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam, serta menerapkannya dalam pembelajaran. Kompetensi ini mencakup kemampuan guru dalam:

  • Menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam
  • Menguasai berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik
  • Mengembangkan dan menggunakan media pembelajaran yang tepat
  • Melakukan penilaian hasil belajar peserta didik secara tepat dan akurat

Dalam rangka mendukung penerapan Kurikulum Merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mengembangkan berbagai program pengembangan kompetensi guru, antara lain:

  • Program Guru Penggerak
  • Program Sekolah Penggerak
  • Pelatihan Mandiri di PMM
  • Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Program-program tersebut diharapkan dapat membantu guru untuk mengembangkan kompetensinya secara holistik, sehingga dapat menjadi pendidik yang profesional dan mampu mewujudkan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.

Ikuti dan baca artikel lainnya BlogPendidikan.net di GOOGLE NEWS

Beberapa Kelemahan Dari Kurikulum Merdeka

Beberapa Kelemahan Dari Kurikulum Merdeka

BlogPendidikan.net
- Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang memberikan otonomi lebih besar kepada satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulumnya. Kurikulum ini memiliki beberapa kelebihan, seperti lebih berfokus pada peserta didik, lebih kontekstual, dan lebih fleksibel.

Namun, kurikulum ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

1. Kurangnya pemahaman guru

Salah satu kelemahan Kurikulum Merdeka adalah kurangnya pemahaman guru terhadap konsep dan prinsip kurikulum ini. Hal ini dapat menghambat guru dalam mengimplementasikan kurikulum secara optimal.

2. Kurangnya sarana dan prasarana

Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk memilih dan mengembangkan materi, metode, dan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi satuan pendidikan yang memiliki keterbatasan sarana dan prasarana.

3. Kompleksitas kurikulum

Kurikulum Merdeka memiliki struktur yang lebih kompleks dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi satuan pendidikan yang belum siap untuk mengimplementasikannya.

Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut dari masing-masing kelemahan tersebut:

1. Kurangnya pemahaman guru

Kurikulum Merdeka memiliki paradigma pembelajaran yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Guru perlu memahami paradigma pembelajaran baru ini agar dapat mengimplementasikannya secara optimal. Namun, masih banyak guru yang belum memahami paradigma pembelajaran Kurikulum Merdeka. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya sosialisasi dan pelatihan, serta kurangnya literatur yang membahas kurikulum ini.

2. Kurangnya sarana dan prasarana

Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk memilih dan mengembangkan materi, metode, dan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi satuan pendidikan yang memiliki keterbatasan sarana dan prasarana. Misalnya, satuan pendidikan yang berada di daerah terpencil mungkin akan kesulitan untuk mendapatkan materi dan sumber belajar yang dibutuhkan.

3. Kompleksitas kurikulum

Kurikulum Merdeka memiliki struktur yang lebih kompleks dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa perubahan, seperti pengurangan mata pelajaran, penambahan materi esensial, dan pemberian otonomi kepada satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulumnya. Kompleksitas kurikulum ini dapat menjadi tantangan bagi satuan pendidikan yang belum siap untuk mengimplementasikannya.

Meskipun memiliki beberapa kelemahan, Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang berpotensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, diperlukan upaya-upaya dari berbagai pihak, seperti pemerintah, satuan pendidikan, dan guru.

Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan Kurikulum Merdeka:

1. Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi dan pelatihan terkait Kurikulum Merdeka

Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi dan pelatihan terkait Kurikulum Merdeka agar guru dapat memahami paradigma pembelajaran baru ini. Sosialisasi dan pelatihan dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti seminar, workshop, dan webinar.

2. Satuan pendidikan perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai

Satuan pendidikan perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa materi dan sumber belajar, serta fasilitas pendukung pembelajaran.

3. Guru perlu meningkatkan kompetensinya

Guru perlu meningkatkan kompetensinya agar dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara optimal. Kompetensi yang perlu ditingkatkan antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Dengan adanya upaya-upaya tersebut, diharapkan Kurikulum Merdeka dapat diimplementasikan secara optimal dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Berikut adalah beberapa contoh kelemahan Kurikulum Merdeka dalam pelaksanaannya di lapangan:

1. Kurikulum Merdeka belum sepenuhnya dipahami oleh guru

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, masih banyak guru yang belum memahami kurikulum ini secara menyeluruh. Hal ini dapat menghambat guru dalam mengimplementasikannya secara optimal.

2. Kurikulum Merdeka belum didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai

Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk memilih dan mengembangkan materi, metode, dan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi satuan pendidikan yang memiliki keterbatasan sarana dan prasarana.

3. Kurikulum Merdeka belum sepenuhnya siap untuk diterapkan di semua satuan pendidikan

Kurikulum Merdeka masih merupakan kurikulum baru yang perlu diujicobakan dan disempurnakan. Penerapannya di semua satuan pendidikan perlu dilakukan secara bertahap dan terencana.

Meskipun memiliki beberapa kelemahan, Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang berpotensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dengan adanya upaya-upaya dari berbagai pihak, diharapkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi dan Kurikulum Merdeka dapat diimplementasikan secara optimal.

Ikuti dan baca artikel lainnya BlogPendidikan.net di GOOGLE NEWS

Model dan Metode Pembelajaran Yang Digunakan Dalam Kurikulum Merdeka

Model dan Metode Pembelajaran Yang Digunakan Dalam Kurikulum Merdeka

BlogPendidikan.net
- Metode pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka adalah pendekatan yang mempromosikan kemandirian siswa dalam mengelola proses pembelajaran mereka sendiri. 

Ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup dan mempersiapkan siswa untuk menjadi pembelajar mandiri dan bertanggung jawab.

Dalam Kurikulum Merdeka, terdapat beberapa model dan metode pembelajaran yang dapat diterapkan. 

Berikut adalah beberapa model pembelajaran yang umum digunakan dalam Kurikulum Merdeka:

1. Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Model ini melibatkan siswa dalam proyek nyata atau tugas yang memerlukan pemecahan masalah, penerapan konsep, dan kerjasama. Siswa bekerja secara mandiri atau dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek tersebut, yang dapat berupa penelitian, eksperimen, presentasi, atau pembuatan produk. Model ini mendorong siswa untuk belajar secara aktif dan terlibat dalam pengalaman praktis.
2. Model Pembelajaran Kolaboratif

Model ini mengedepankan kerjasama antara siswa dalam kelompok kecil atau tim. Siswa bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan pembelajaran, berbagi pengetahuan, saling membantu, dan memecahkan masalah secara bersama. Model ini mempromosikan keterampilan sosial, kerjasama, dan komunikasi.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model ini menekankan pada pemberian tugas atau masalah yang menantang siswa untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mencari solusi. Siswa akan belajar melalui pemecahan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari atau konteks yang lebih luas. Model ini mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan mandiri.

4. Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Model ini fokus pada pengembangan keterampilan atau kompetensi tertentu yang relevan dengan bidang atau mata pelajaran tertentu. Siswa belajar melalui aktivitas yang berorientasi pada pengembangan keterampilan, seperti berbicara di depan umum, menulis, berpikir analitis, dan berkolaborasi. Model ini mempersiapkan siswa untuk menghadapi tuntutan dunia nyata dan mengembangkan keterampilan seumur hidup.
5. Model Pembelajaran Berbasis Teknologi

Model ini melibatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran. Siswa menggunakan perangkat teknologi, seperti komputer, tablet, atau smartphone, untuk mengakses sumber daya pembelajaran online, berpartisipasi dalam diskusi online, atau membuat produk digital. Model ini membantu siswa mengembangkan literasi digital dan memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk pembelajaran.

6. Model Pembelajaran Berbasis Eksplorasi

Model ini menggali potensi eksplorasi siswa melalui observasi, penelitian, atau kunjungan lapangan. Siswa belajar melalui pengalaman langsung, eksperimen, atau penemuan mandiri. Model ini mendorong rasa ingin tahu, keterlibatan aktif, dan pemahaman yang lebih mendalam.

7. Model Pembelajaran Berbasis Games

Model ini memanfaatkan permainan atau simulasi sebagai sarana pembelajaran. Siswa belajar melalui aktivitas permainan yang dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model ini dapat meningkatkan motivasi, keterlibatan, dan penguasaan konsep.

Metode Pembelajaran Kurikulum Merdeka

Dalam Kurikulum Merdeka, terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan, antara lain:

1. Metode Proyek

Metode ini melibatkan siswa dalam proyek atau tugas yang memerlukan pemecahan masalah, analisis, dan penerapan konsep yang dipelajari. Siswa bekerja secara mandiri atau dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek tersebut, yang dapat berupa penelitian, presentasi, atau pembuatan produk.

2. Metode Diskusi

Metode ini melibatkan diskusi antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa lainnya. Diskusi berfokus pada pemahaman konsep, berbagi pendapat, memecahkan masalah, dan mencapai pemahaman yang lebih dalam melalui pertukaran ide dan pandangan.
3. Metode Penemuan

Metode ini mendorong siswa untuk menemukan pengetahuan dan konsep sendiri melalui eksperimen, penelitian, atau pengamatan. Siswa diberikan kebebasan untuk menggali informasi, menganalisis temuan mereka, dan memperoleh pemahaman secara mandiri.

4. Metode Simulasi

Metode ini menggunakan simulasi atau permainan sebagai sarana pembelajaran. Siswa berpartisipasi dalam aktivitas yang mensimulasikan situasi nyata atau skenario tertentu, yang memungkinkan mereka untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam konteks yang relevan dan interaktif.

5. Metode Penugasan

Metode ini melibatkan pemberian tugas-tugas tertentu kepada siswa untuk diselesaikan secara mandiri. Tugas-tugas ini dapat berupa penulisan esai, penelitian, proyek, atau presentasi. Siswa belajar melalui proses menyelesaikan tugas dan mengembangkan keterampilan literasi, penelitian, dan berpikir kritis.

6. Metode Kolaboratif

Metode ini melibatkan kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa bekerja bersama-sama, berbagi ide, mengajarkan satu sama lain, dan memecahkan masalah secara bersama. Metode ini mempromosikan keterampilan kerjasama, komunikasi, dan pemecahan masalah.

7. Metode Eksplorasi

Metode ini melibatkan siswa dalam eksplorasi langsung terhadap lingkungan sekitar mereka. Siswa melakukan pengamatan, eksperimen, atau kunjungan lapangan untuk memperoleh pengalaman nyata dan pemahaman yang lebih dalam tentang topik yang dipelajari.

8. Metode Pembelajaran Jarak Jauh

Metode ini digunakan dalam situasi pembelajaran jarak jauh, di mana siswa belajar melalui platform online, modul, atau materi pembelajaran yang dapat diakses secara mandiri. Siswa belajar secara mandiri dengan panduan dari guru, memanfaatkan sumber daya digital dan berkomunikasi melalui media online.

Setiap metode pembelajaran ini memiliki keunikan dan dapat dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, dan konteks pembelajaran.

Artikel ini terpilih untuk diikutsertakan dalam "Teacher Creator Awards 2023/2024

Dari Penerbit Bahan Ajar Pendidikan Twinkl

Ikuti dan baca artikel lainnya BlogPendidikan.net di GOOGLE NEWS

Bagaimana Mengetahui Pembelajaran Berdiferensiasi, Berikut 7 Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

Bagaimana Mengetahui Pembelajaran Berdiferensiasi, Berikut 7 Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

BlogPendidikan.net
- Dengan semakin banyaknya keberagaman peserta didik di sekolah maka kurikulum yang fleksibel sangat diperlukan. Cheong (2013) mengatakan bahwa fleksibilitas dari kurikulum biasanya terjadi di seputaran peserta didik yaitu tentang apa pilihan yang tersedia bagi peserta didik dan bagaimana pilhan tersebut mempengaruhi pembelajaran mereka.

Kurikulum yang fleksibel ini peserta didik dapat mengelola sendiri proses pembelajaran dan lingkungan belajarnya. Oleh karena itu, kurikulum fleksibel yang dimaksud dalam tulisan ini adalah seperangkat rencana atau program yang bersifat lentur, luwes, dan dapat disesuaikan dengan keadaan, kapasitas, dan kebutuhan peserta didik yang beragam sebagai pedoman dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dengan diterapkannya kurikulum yang fleksibel, terciptanya iklim pembelajaran berdiferensiasi.

Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Keragaman layanan dari tinjauan perbedaan karakteristik peserta didik disebut dengan diferensiasi pembelajaran. 

Ketika peserta didik datang ke sekolah, mereka memiliki berbagai macam perbedaan baik secara kemampuan, pengalaman, bakat, minat, bahasa, kebudayaan, cara belajar, dan masih banyak lagi perbedaan lainnya. 

Oleh karena itu, tidak adil rasanya jika guru yang mengajar di kelas hanya memberikan materi pelajaran dan juga menilai peserta didik dengan cara yang sama untuk semua peserta didik yang ada di kelasnya. 

Guru perlu memperhatikan perbedaan para peserta didik dan memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan satu cara untuk guru memenuhi kebutuhan setiap peserta didik karena pembelajaran berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya.

Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

Carol Tomlinson sebagai pionir dari pembelajaran berdiferensiasi dengan menuliskan bahwa ada beberapa karakteristik dasar yang menjadi ciri khas dari pembelajaran berdiferensiasi ini.

Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bersifat proaktif

Guru secara proaktif dari awal sudah mengantisipasi kelas yang akan diajarnya
dengan merencanakan pembelajaran untuk peserta didik yang berbeda-beda. Jadi
bukan menyesuaikan pembelajarannya dengan peserta didik sebagai reaksi dari evaluasi tentang ketidakberhasilan pelajaran sebelumnya.

2. Menekankan kualitas daripada kuantitas

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, kualitas dari tugas lebih disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Jadi bukan berarti anak yang pandai setelah selesai mengerjakan tugasnya akan diberi lagi tugas tambahan yang sama, namun ia diberikan tugas lain yang dapat menambah keterampilannya. 

3. Berakar pada asesmen 

Guru selalu mengases para peserta didik dengan berbagai cara untuk mengetahui
keadaan mereka dalam setiap pembelajaran sehingga berdasarkan hasil asesmen tersebut, guru dapat menyesuaikan pembelajarannya dengan kebutuhan mereka. 

4. Menyediakan berbagai pendekatan dalam konten, proses pembelajaran, produk yang dihasilkan, dan juga lingkungan belajar. 

Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada 4 unsur yang dapat disesuaikan dengan tingkat kesiapan peserta didik dalam mempelajari materi, minat, dan gaya belajar mereka. Ke empat unsur yang disesuaikan adalah konten (apa yang dipelajari), proses (bagaimana mempelajarinya), produk (apa yang dihasilkan setelah mempelajarinya), dan lingkungan belajar (iklim belajarnya)

5. Berorientasi pada peserta didik

Tugas diberikan berdasarkan tingkat pengetahuan awal peserta didik terhadap
materi yang akan diajarkan sehingga guru merancang pembelajaran sesuai dengan level kebutuhan peserta didik. Guru lebih banyak mengatur waktu, ruang, dan kegiatan yang akan dilakukan peserta didik daripada menyajikan informasi kepada peserta didik.

6. Merupakan campuran dari pembelajaran individu dan klasikal

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk kadang-kadang belajar bersamasama secara klasikal dan dapat juga belajar secara individu.

7. Bersifat hidup

Guru berkolaborasi dengan peserta didik terus menerus termasuk untuk menyusun tujuan kelas maupun individu dari para peserta didik. Guru memonitor bagaimana pelajaran dapat cocok dengan para peserta didik dan bagaimana penyesuaiannya.

Rujukan : Buku PRINSIP PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI (DIFFERENTIATED INSTRUCTION) KemendikbudRistek, dan Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan.

Contoh Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan Untuk Jenjang SD

Contoh kurikulum Operasional Satuan Pendidikan Untuk Jenjang SD

BlogPendidikan.net
- Kurikulum operasional di satuan pendidikan memuat seluruh rencana proses belajar 
yang diselenggarakan di satuan pendidikan, sebagai pedoman seluruh penyelenggaraan pembelajaran. 

Untuk menjadikannya bermakna, kurikulum operasional satuan pendidikan dikembangkan sesuai dengan konteks dan kebutuhan peserta didik dan satuan pendidikan.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU Sisdiknas/2003). 
Pemerintah pusat menetapkan kerangka dasar dan struktur kurikulum yang menjadi acuan untuk pengembangan kurikulum operasional satuan pendidikan.

Komponen dalam kurikulum operasional ini disusun untuk membantu proses berpikir dan mengembangkan satuan pendidikan. 

Dalam pengembangannya, dokumen ini juga merupakan hasil refleksi semua unsur pendidik di satuan pendidikan yang kemudian ditinjau secara berkala guna disesuaikan dengan dinamika perubahan dan kebutuhan peserta didik.

Prinsip Penyusunan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan

1. Berpusat pada peserta didik.

Yaitu pembelajaran harus memenuhi keragaman potensi, kebutuhan perkembangan dan tahapan belajar, serta kepentingan peserta didik.
2. Kontekstual.

Menunjukkan kekhasan dan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, konteks sosial budaya dan lingkungan, serta dunia kerja dan industri (khusus SMK), dan menunjukkan karakteristik atau kekhususan peserta didik
berkebutuhan khusus (khusus SLB).

3. Esensial.

Yaitu memuat semua unsur informasi penting/utama yang dibutuhkan dan digunakan di satuan pendidikan. Bahasa yang digunakan lugas, ringkas, dan mudah dipahami.

4. Akuntabel.

Dapat dipertanggungjawabkan karena berbasis data dan aktual.

5. Melibatkan berbagai pemangku kepentingan. 

Pengembangan kurikulum satuan pendidikan melibatkan komite satuan
pendidikan dan berbagai pemangku kepentingan, antara lain orang tua, organisasi, berbagai sentra, serta industri dan dunia kerja untuk SMK, di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama sesuai dengan
kewenangannya.
Berikut akan disajikan contoh Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD).


Contoh kurikulum Operasional Untuk Jenjang SD

Isi Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan SD >>> UNDUH
Lampiran Kurikulum Operasional >>> UNDUH

Demikian informasi tentang Contoh kurikulum Operasional Untuk Jenjang SD, semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi Anda dalam menyusun satu Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan Anda.

Kenali Istilah Baru Dalam Kurikulum Merdeka Yang Perlu Diketahui Guru

Kenali Istilah Baru Dalam Kurikulum Merdeka Yang Perlu Diketahui Guru

BlogPendidikan.net
- Kurikulum di sekolah  terus berubah dari waktu ke waktu. Memang pemegang kepentingan  juga berubah. 

Kurikulum di sekolah kita kini sudah mulia dengan kurikulum baru menjadi kurikulum merdeka. Maka istilah atau  nama lama pun berubah menjadi nama baru.

Kurikulum Merdeka mulai diterapkan di sekolah dan madrasah Indonesia, dimulai dari program sekolah penggerak, dilanjutkan ke Implementasi Kurikulum Merdeka atau IKM. 

Implementasi ini dilakukan melalui tiga mekanisme, yaitu mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi.
Pergantian nama atau istilah di berbagai bidang hal yang biasa, khususnya di bidang pendidikan.

Dulu kita sering mendengar kata murid lalu berubah menjadi siswa. lalu berubah lagi menjadi peserta didik. Kita tinggal menunggu mau berubah menjadi istilah baru apa lagi.

Mulai tahun ajaran baru 2022/2023 kurikulum merdeka mulai diterapkan di sekolah-sekolah yang telah terdaftar dan siap dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).
Guru wajib tahu istilah-istilah apa saja yang baru dan berubah dari kurikulum sebelumnya menjadi Kurikulum Merdeka. Istilah-istilah tersebut adalah:

1. Siswa diganti/berubah jadi Peserta Didik
2. Promes diganti/berubah menjadi PROSEM (Program Semester)
3. Silabus diganti/berubah menjadi ATP (Alur Tujuan Pembelajaran)
4. KI diganti/berubah menjadi CP (Capaian Pembelajaran)
5. KD diganti/berubah menjadi TP (Tujuan Pembelajaran)
6. RPP diganti/berubah menjadi Modul Ajar
7. KKM diganti/berubah menjadi KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran)
8. IPK diganti/berubah menjadi IKTP (Indikator Ketercapaian Tujuan Pembelajaran)
9. PH diganti/berubah menjadi Sumatif
10. PTS diganti/berubah menjadi STS (Sumatif Tengah Semester)
11. PAS diganti/berubah menjadi SAS (Sumatif Akhir Semester)
12. Indikator Soal diganti/berubah menjadi Indikator Asesmen
13. Penilaian teman sejawat diganti/berubah menjadi Formatif
Demikian berbagai istilah dalam kurikulum merdeka yang perlu Anda ketahui, agar lebih mudah membedakan istilah dari kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka.

Daftar Daerah dan Sekolah Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) Tahap 1 Tahun Ajaran 2022/2023

Daftar Daerah dan Sekolah Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) Tahap 1 Tahun Ajaran 2022/2023

BlogPendidikan.net
- Tahun ajaran baru 2022/2023 Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) mulai dilaksanakan di satuan pendidikan yang telah mendaftar secara mandiri dan telah terdaftar sebagai sekolah pelaksana Kurikulum Merdeka tahap 1 tahun ajaran 2022/2023.

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 025/H/Kr/2022 Tentang Satuan Pendidikan Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka Melalui Jalur Mandiri Pada Tahun Ajaran 2022/2023 Tahap I. 
Menetapkan satuan pendidikan (Sekolah) sebagai pelaksana kurikulum merdeka tahun ajaran 2022/2023.

Dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran, perlu penetapan satuan pendidikan pelaksana implementasi Kurikulum Merdeka melalui jalur mandiri.

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tentang Satuan Pendidikan Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka Melalui Jalur Mandiri pada Tahun Ajaran 2022/2023 Tahap I.

Baca Juga:

Implementasi Kurikulum Merdeka melalui jalur mandiri pada tahun ajaran 2022/2023 sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU dimulai dari usia 5 – 6 tahun bagi pendidikan anak usia dini, kelas I dan IV bagi sekolah dasar, kelas VII bagi sekolah menengah pertama, dan kelas X bagi sekolah menengah atas dan
sekolah menengah kejuruan.

Satuan pendidikan pelaksana implementasi Kurikulum Merdeka melalui jalur mandiri tahun ajaran 2022/2023 sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU terdiri dari 3 (tiga) kategori pelaksanaan implementasi:
  1. Mandiri belajar
  2. Mandiri berubah
  3. Mandiri berbagi
 

Berikut daftar daerah dan satuan pendidikan (Sekolah) sebagai pelaksana Inmplementasi Kurikulum Merdeka (IKM) Tahap 1 tahun ajaran 2022/2023.

Salinan SK Kabadan tentang Satuan Pendidikan Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka Tahap 1 Tahun Ajaran 2022/2023 >>> DOWNLOAD

Lampiran Daftar Satuan Pendidikan (Sekolah) Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka Tahap 1 Tahun Ajaran 2022/2023 >>>